Buletin Al-Islam edisi 811, 12 Ramadhan 1437 H – 17 Juni 2016 M |
Perlu diingat, selain membangun ketakwaan individu Rasulullah saw juga membangun ketakwaan komunal dalam seluruh sendi kehidupan. Ketakwaan ini harus ada di manapun kita berada dan ketika kita mengerjakan amal apapun dalam kehidupan ini.
Sebenarnya Ramadhan tidak hanya mengajarkan aspek spiritual yang bersifat individual, namun juga harus diwujudkan dalam kehidupan komunal umat Islam. Kita harus selalu menyadari hubungan kita dengan Allah (idrak shilah bilLâh) saat menjalankan aktivitas apapun dalam hidup ini. Inilah salah satu nilai ketakwaan yang diajarkan di bulan Ramadhan.
Syaikh Atha’ Abu Rasytah, dalam Taysîr fî Ushûl at-Tafsîr terkait ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah menjadikan takwa sebagai hikmah berpuasa. Takwa adalah takut pada Allah, taat kepada-Nya serta menyiapkan diri untuk bertemu dengan-Nya.
Sebagian Sahabat Nabi saw, mendefinisikan takwa adalah takut pada Allah Yang Mahaagung, mengamalkan al-Quran dan menyiapkan diri untuk menghadapi Hari Kebangkitan.
Dari definisi takwa tersebut jelaslah bahwa ketakwaan akan terwujud dengan mengamalkan al-Quran, menerapkan hukum-hukumnya (syariah Islam) dalam kehidupan (dustûr al-hayah), hal ini hanya mampu diwujudkan dengan cara menformalkannya dalam institusi Khilafah Islamiyah.
Itu artinya kekuasaan dan penguasa umat Islam haruslah menerapkan hukum-hukum al-Quran (#syariah Islam) secara menyeluruh sebagai hukum formal untuk mengatur semua urusan masyarakat.
Hal itu tidak akan terealisasi kecuali dalam sistem Islam yaitu #Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian. Sehingga, kita wajib memperjuangkannya bersama-sama sebagai wujud ketakwaan kita pada Allah SWT.
Selengkapnya http://
0 komentar: